Kelenteng Indah di Tengah Sawah

Pagi pagi sudah bangun mempersiapkan diri untuk gowes. Setelah semua perlengkapan sudah dikenakan, kami berkumpul dan berangkat jam 05:30.
Karena pagi sekali , suasana masih agak gelap, udaranya dingin. Setelah beberapa saat gowes, badanpun sudah bisa menyesuaikan diri dengan dinginnya udara.
Sepanjang perjalanan, kami ketemu penduduk setempat yang jalan bekerja ke sawah. Ada juga yang menggembalakan kerbau untuk merumput.
Setelah gowes selama satu jam, cuacapun sedikit demi sedikit namun pasti mulai terang seiring terbitnya matahari. Dari jalan beraspal, akhirnya kami sampai di daerah persawahan. Sejenak menghindar dari keramaian kota. Sejauh mata memandang hanya hamparan sawah yang hijau bak permadani hijau.
Di ujung perjalanan kami, terdapat sebuah kelentang yang sangat bak lukisan alam dengan dominasi warna merah menyala. Arsitekturnya juga sangat unik dengan dua ekor naga sedang bermain bola dan sepasang burung Hong di atas gerbang. Sepasang naga bermain bola juga terdapat di atas bubungan atap kelenteng. Kami berhenti sejenak di sana, berfoto ria , istirahat sambil minum.
Kami juga masuk melihat ke dalam. Seperti kelenteng lainnya, di dalam banyak terdapat dupa dan lilin dari ukuruan kecil sampai besar dan juga patung dewa yang mereka puja. Di halaman samping ada aula serba guna dan kamar penginapan. Kelenteng tersebut dikhususkan untuk penganut agama Khong Hu Cu. Penduduk di sana merupakan peranakan orang Tionghoa , mereka menyebut dirinya Cina Benteng.
Kelenteng tersebut bernama Cheng Bu Bio terletak di desa Ciodeng dekat perbatasan Tangerang – Bogor. Mulai dibangun tahun 2006 dan selesai 2009. Semula dengan luas 1.500m2 menjadi 8.000m2.